Kamis, 23 Desember 2010

KITA SEMUA INGIN SUKSES

Setiap orang tentunya ingin menjadi orang yang sukses dan berhasil, namun hanya sedikit orang saja yang berhasil mencapainya. Mengapa? Apakah faktor kemujuran yang menentukannya? Ataukah faktor kebetulan? Ada juga yang mengatakan untuk jadi orang sukses itu tergantung nasib. Jadi kalau memang nasibnya baik maka ia akan jadi orang yang sukses, tapi kalau nasibnya buruk maka usaha apapun juga tidak akan membuat dia sukses. Benarkah demikian?

Suatu kali ada seorang pemuda yang ingin belajar tentang kesuksesan, maka si pemuda ini datang ke sebuah kota yang telah banyak melahirkan orang-orang sukses. Disana ia bertemu dengan seorang tua bijaksana yang adalah orang terpandang di kota tersebut. Lalu si pemuda bertanya: "Pak, apakah rahasianya sehingga kota ini telah menjadi kota yang telah melahirkan banyak orang-orang besar?" Jawab orang tua tersebut "Satu hal yang perlu anda ketahui bahwa di kota ini tidak pernah ada "orang besar" yang dilahirkan, yang ada hanyalah bayi-bayi yang dilahirkan di kota ini dan setelah melalui proses dan perjuanganlah mereka akhirnya menjadi orang besar".

Tepat sekali perkataan orang tua yang bijaksana tersebut. Tidak ada orang sukses yang dilahirkan. Kesuksesan adalah hasil dari sebuah proses yang benar dan bukan dari sebuah kelahiran. Demikian pentingnya sebuah proses sehingga Tuhan dengan tegas berulang kali mengatakan kepada Yosua ketika memimpin bangsa Israel memasuki tanah Kanaan, untuk bertindak hati-hati sesuai dengan hukum-hukum Tuhan. Janji-Nya kepada Yosua, jikalau ia melakukan dengan cara yang tepat seperti yang Tuhan perintahkan atau dengan kata lain jika prosesnya benar, maka ia akan mengalami keberhasilan dan keberuntungan.

Bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hambaKu Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, kemanapun engkau pergi. ....... Sebab dengan demikian (dengan proses yang benar) perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. (Yosua 1:7-9)

Inilah yang seringkali luput dari perhatian banyak orang, yaitu proses yang benar. Kebanyakan orang lebih tertarik kepada hasil daripada kepada proses. Memang proses adalah sebuah hal yang tidak menarik tetapi merupakan hal yang menentukan keberhasilan itu sendiri. Sebuah keberhasilan yang diraih dari proses yang salah biasanya bersifat sementara dan tidak bertahan lama, bahkan bisa berakibat fatal dikemudian hari. Sebaliknya keberhasilan yang diraih dari sebuah proses yang benar akan bertahan lama bahkan semakin lama semakin luar biasa.

Jadi jalan menuju kemaksimalan hidup dan meraih kesuksesan adalah dengan mulai membentuk sebuah proses yang benar.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan disini adalah proses yang benar tidak terjadi secara otomatis tetapi perlu diusahakan bahkan diperjuangkan. Kenyataannya untuk membentuk sebuah proses yang benar seringkali tidak semudah yang kita pikirkan atau yang kita katakan. Kadang-kadang prosesnya begitu sulit sehingga banyak orang menjadi putus asa dalam membangun sebuah proses yang benar. Namun apapun harga yang harus dibayar, jika kita mau dengan sungguh-sungguh dan memiliki tekad yang kuat untuk melakukannya maka perjuangan dalam membangun proses yang benar tidak akan pernah sia-sia.

www.yayasan-bundasuci.com

Jumat, 28 Agustus 2009

KAOS FACEBOOK BUNDA MARIA


Tentang Kaos Retret :
Bahan seperti produk Nevada

Mba Maria : 085640113182 / 087834593482

Untuk yang ikut retret dapat GRATIS . Panitia memutuskan Harga untuk yang tidak ikut retret 75 ribu ( belum termasuk ongkos kirim Jawa + Rp.10.000 Luar Jawa + Rp 15.00 ) Bahan cotoon ( seperti Nevada )

Transfer ke Rek BCA a.n L. Muji Handayani A.C 0130558178 BCA Salatiga.

Kirimkan bukti transfer anda (scan ) ke bundamaria2009@yahoo.com, beserta nama, ukuran baju, alamat lengkap, dan no telp yang bisa di hubungi,

( Bagi yang sudah transfer mohon untuk scan bukti transfer dan kirim beserta alamat , no telp lengkap ke bundamaria2009@yahoo.com )

Retret "UT OMNES UNUM SINT"


Manusia kadang sering lupa bahwa Tuhan sudah memberikan satu hari khusus untuk bertemu denganNya. Keadaan dimana kita begitu lelah dan jenuh dalam mencari uang untuk kelangsungan kehidupan di dunia ini. Rutinitas yang berulang ulang ini akan menimbulkan semacam kerucut pada suatu saat di dalam pikiran yang bisa menyebabkan beban psikis orang menjadi lemah. Keadaan seperti itu membutuhkan waktu untuk pemulihan tenaga dan pikiran. Maka hari Minggu di jadikan waktu paling efektif untuk mencharge ulang semua yang ada di jiwa ini. Tubuh kita butuh waktu untuk mengumpulkan energi, tetapi kadang kebutuhan batin terabaikan.

Retret salah satu sarana di mana anda bisa mencharge kembali batin anda yang letih lesu. Kekeringan akan iman dan kerinduan akan Tuhan anda bisa charge kembali. Sudah sepantasnya luangkan waktu beberapa hari untuk bisa lebih mengenal Tuhan yaitu dengan mengikuti retret.

Facebook Bunda Maria Santa Perawan Suci mengajak anda semua untuk mencharge keletihan pikiran dan jiwa anda agar dapat di pulihkan. Kebersamaan dalam suasan kekeluargaan akan menambah kegembiraan dalam semangat persaudaraan iman. Anda tentu tidak pernah menyangka bahwa teman anda yang selama inia ada di Facebook dan terlihat komentar komentarnya saja sekarang ada di depan mata anda. Mendapat teman baru, mendapat relasi baru, mendapat pengalaman iman yang indah sungguh pengalaman yang luar biasa.

Seperti kutipan teman kita di Facebook, sisakan jatah pulsa anda untuk sebulan saja, dan anda sudah bisa mengikuti retret ini. Yang mungkin setahun sekali kita laksanakan dalam suasana liburan lebaran.

Semoga Tuhan Memberkati.

=======================================================

"UT OMNES UNUM SINT" . Jadikan Kami Satu

Peserta : Umum seluruh indonesia ,
umur (SD - Dewasa) Bagi anak2 / bayi-tk kecil kami sediakan tempat khusus.
Lokasi : Wisma Syalom Bandungan, Ambarawa Semarang, Jawa Tengah.
tanggal : 25-26 September 2009
Acara : Retret , Misa Bersama, (kesaksian karena mukjijat Doa Novena dan Rosario )
Hari terakhir OutBound wisata alam yang indah dan sejuk.
Biaya : Rp. 200.000,- ( langsung ke ambarawa.*ada jemputan di terminal )
Fasilitas : Makan + snack
Merchandise + Kaos FB Bunda Maria SPS
JUMLAH PESERTA TERBATAS
Pendaftaran paling lambat tgl 18 September 2009

Pendaftaran dan keterangan acara hub :

Maria ( Selain jakarta ): 087834593482 Transfer ke Rek BCA a.n L. Muji Handayani A.C 0130558178 BCA Salatiga.

Untuk Jakartya Biaya tambahan Rp. 250.00 khusus transport dari Jakarta PP ( Berangkat dari Katedral Jakarta tgl 24 Jam 21.00 WIB bus AC syarat harus 50 orang ) maksimal tgl 5 sudah harus di bayarkan.
Silvya ( area jakarta ) 0818654022. Rek BCA - 074 1158 476. a/n Sylvia Yulianti.
Peserta sangat terbatas, jangan sampai kehabisan tempat seperti PLB1 dan 2 kemarin.
Salam Berkah Dalem

Sekretariat ; telp : 085640111382 Jln Patimura 72 Salatiga. Semarang Jawa Tengah.

RUN DOWN ACARA :

TGL 24 DARI JAKARTA
21.00 - 22.00 : Berkumpul di Gereja Katedral + Makan Malam
22.00 - 09.00 : Sampai Lokasi - Mandi dll - makan
09.00 - 11.00 : Bebas

TGL 25 September 2009

06:00 - 11.00 : Registrasi Ulang
11:00 - 12.00 : Makan Siang / pembagian kelompok / Chek in
13.00 - 14.00 : Ice breaking
14.00 - 16.00 : Session 1 Rm ANdy ( Doa Novena dan Rosario sebagai kekuatan hidup )
16.00 - 17.00 : Dinamika kelompok -
17.00 - 18.00 : Bebas ( mandi dll )
18.00 - 18.30 : Makan Malam
18.30 - 19.30 : Session 2 - Sharing / kesaksian Doa
19.30 - 21.00 : Coffe break
21.30 - 22.30 : Session 3 - Penyembuhan Luka Batin ( PLB 3 )
22.30 - 24.00 : Renungan - Api Unggun
24.00 - 06.30 : Istirahat

TGL 26 September 2009

06:30 - 07.00 : Mandi + Makan Pagi Persiapan Outbond
07:00 - 07.30 : Tracking perjalanan ke lokasi Wisata Desa dan Outbound
07.30 - 08.30 : Wisata Desa
08.30 - 12.30 : Outbound
13.00 - 14.00 : Makan Siang
14.00 - 15.00 ; Sayonara

Bisa melanjutkan acara naik kereta Tua atau acara lain

Bagi yang naik angkutan umum ( tidak ikut rombongan ) :
Panduan Jalan di sediakan jemputan di terminal ambarawa :
1. Jakarta : Cirebon - Semarang - Ke Tol Arah Solo - Bawen - Ambil Arah Jogja- Turun Terminal Ambarawa ada Jemputan
2. Bandung - Bisa Ke Jogja Dulu - Magelang - Turun Terminal Ambarawa
3. Surabaya - Semarang - Bawen - Jurusan Jogja Turun terminal Ambarawa
4. Bali - Jogjakarta - Magelang - Turun Terminal Ambarawa-
5. Bandara Semarang - Naik Taksi Turun - Milo Naik Bus Patas AC
6. Bandara Solo - Naik Taksi Turun Kartosuro - Bus Jurusan Bawen - Turun Jurusan Ambarawa
7 Bandara Adisucpto Jogja - Naik taksi Ke Jombor - NAik Bus Ac Jurusan Semarang - Turun Terminal Ambarawa.

Jumat, 26 Juni 2009

Doa Penyembuhan Luka Batin

Doa Penyembuhan Luka Batin

Doa ini merupakan sebuah rangkaian doa penyembuhan luka-luka batin. Mohonlah kepada Yesus untuk menyembuhkan semua kenangan masa lalu, dan jadikan doa ini sebagai doa pribadi.

MASA DALAM KANDUNGAN

Tuhan Yesus Kristus, terima kasih atas kehadiran-Mu saat ini. Aku bersyukur Engkau yang adalah Tuhan tetap hadir dulu, Saat ini, dan selamanya. Engkau yang mau membuatku sempurna baik roh, jiwa, dan tubuhku. Tuhan Yesus, aku mohon kepada-Mu telusurilah setiap langkah hidupku. Lawatilah awal kehidupanku. Engkau mengetahui semua tentang diriku sebelum aku dilahirkan. Seandainya ada ketakutan ataupun kekuatan negtif yang disalurkan kepadaku sejak berada dalam kandungan ibuku, aku mohon bebaskanlah aku dari ikatan ini dengan kuasa Roh Kudus dan kasih-Mu. Terima kasih atas kasih dan kehadiran-Mu yang Engkau curahkan kepadaku selama pertumbuhanku di dalam rahim ibuku. Aku mengucap syukur atas orang tua yang telah Engkau berikan kepadaku, dan aku mohon tolonglah aku untuk mengampuni mereka pada saat-saat di mana mereka kurang mengasihi aku. Biarlah tahap kehidupakanku ini mendapat pelukan kehangantan kasih dari pada-Mu sehingga aku bahagia menyongsong kelahiranku. Dan aku percaya Engkau akan melengkapi bagian yang belum di sembuhkan menurut cara-Mu dan waktu-Mu. Amin (Bapa Kami - Salam Maria - Kemuliaan)



MASA BAYI

Tuhan Yesus Kristus, berjalanlah bersamaku menjelajahi setiap detik dari tahun-tahun permulaan hidupku. Terima kasih Tuhan Yesus, karena ketika aku lahir, Engkau hadir dan mengasihiku. Engkau menghendaki aku lahir, namun orang tuaku tidak menginginkan aku atau menolak aku. Tuhan Yesus berilah mereka hasil kerahiman-Mu (Ada yang lahir tanpa kasih, tidak diinginkan, dipisahkan karena sakit, kematian, dsb.) Tuhan Yesus isilah bagian di dalam diriku yang kurang mendapat perhatian dari orang tuaku, perasaan-perasaan yang menakutkan saat itu, bebaskanlah aku dari rasa ketakutan dengan kasih-Mu. Aku percaya Engkau hadir saat itu dan tidak meninggalkan aku sendirian. Tuhan Yesus, Sekiranya ada kekerasan secara fisik atau mental pada masa bayiku, sembuhkanlah luka-luka batin ini sehingga melalui bilur-bilur-Mu, aku menjadi sembuh. Aku juga mengampuni mereka, yang memperlakukan diriku dengan tidak baik pada waktu itu. Tuhan, aku menyerahkan seluruh keberadaanku ke dalam tangan-Mu, karena aku yakin akan belas kasih-Mu yang membuatku menjadi sempurna. Terima Kasih Tuhan. AMIN (Bapa Kami - Salam Maria - Kemuliaan)



MASA KANAK-KANAK

Tuhan Yesus Kristus aku mohon Engkau sudi berjalan bersamaku kembali pada kehidupanku ketiak aku masih seorang anak. Masuklah dalam perilaku yang tidak pantas aku alami, karena kurang merasakan cinta dan kasih sayang orang tua dan sesama. Sembuhkanlah setiap luka yang disebabkan perlakuan kasar oleh sesamaku (guru, teman, saudara kandung, dsb). Biarlah aku mampu mengampuni, mengasihi dan memaafkan mereka, seperti Engkau mengasihi diriku. Sembuhkanlah aku dari luka-luka akibat ketakutan, keputus-asaan, kekecewaan, dan perasaan-perasaan negatifku. Isilah kekosongan hatiku dengan kasih dan cinta-Mu, ya Yesus. Biarlah semua yang berhubungan dengan masa kanak-kanakku bersatu dengan Engkau. Dengan demikian semua yang baik boleh tetap tinggal dan semua yang menimbulkan halangan-halangan dalam hidupku boleh Engkau ambil. Aku percaya bahwa Engkau memberkati ruang lingkup hidupku dengan segala rahmat dan berkat yang berguna untuk kesembuhanku. Terima Kasih Tuhan atas jamahan kasih-Mu. Amin (Bapa Kami - Salam Maria - Kemuliaan)



MASA REMAJA

Tuhan Yesus Kristus, dengan kuasa Roh Kudus-Mu, aku mohon kepada-Mu untuk memasuki masa remajaku. Sembuhkanlah aku dari kenangan-kenangan yang menyakitkan pada waktu itu. Biarlah terang Roh-Mu menyinari barang-bayang kegelapan batin yang terluka yang pernah aku alami, luka karena kurang kasih dari orang tua, dan sesama, luka karena dikecewakan, ditolak, dilecehkan, dan penghinaan. Biarlah dengan darah-Mu, Engkau menjadikan aku utuh kembali. aku juga mohon kepada-Mu untuk melepaskan diriku dari perasaan- perasaan takut, kecewa, tersisih, dikucilkan dari pergaulan, diejek, ditertawakan, dan dibeda-bedakan. Hadirlah Engkau, ya Tuhan Yesus, supaya aku dapat mengampuni situasi yang menyakitkan. Ambillah akar-akar pahit yang terjadi pada masa remajaku dan isilah hatiku dengan kasih dan cinta-Mu. Terima kasih Tuhan Yesus atas penyembuhan-Mu. Aku percaya engkau akan menyertai dan memberkatiku. Amin (Bapa Kami - Salam Maria - Kemuliaan)


Sumber : http://www.pondokrenungan.com

Selasa, 23 Juni 2009

CARA NOVENA TIGA SALAM MARIA

Untuk Doa Novena 3 Salam Maria silahkan ikut Panduan di bawah ini

Heninglah sejenak minimal 1 menit untuk memusatkan pikiran kepada Bunda Maria.

Buat Tanda Salib (Telunjuk Tangan Kanan ke Kening, Ke Dada, Ke Bahu Kiri, dan Bahu Kanan)
Atas Nama Bapa , Putra dan Roh Kudus, Amin

Awali dengan doa ini

Syahadat Para Rasul


Aku percaya akan Allah,
Bapa yang mahakuasa,
Pencipta langit dan bumi;
Dan akan Yesus Kristus,
Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita,
Yang dikandung dari Roh Kudus,
Dilahirkan oleh Perawan Maria;
Yang menderita sengsara
Dalam pemerintahan Pontius Pilatus
Disalibkan, wafat, dan dimakamkan;
yang turun ke tempat penantian
pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati;
yang naik ke surga,
duduk disebelah kanan Allah Bapa
yang mahakuasa;
dari situ Ia akan datang mengadili orang yang hidup dan yang mati.
Aku percaya akan Roh Kudus,
Gereja katolik yang kudus,
persekutuan para kudus,
pengampunan dosa,
kebangkitan badan,
kehidup


Bapa Kami

Bapa kami yang ada di surga,
Dimuliakanlah nama-Mu.
Datanglah kerajaan-Mu.
Jadilah kehendak-Mu
di atas bumi seperti di dalam surga.
Berilah kami rezeki pada hari ini,
dan ampunilah kesalahan kami,
seperti kamu pun mengampuni yang bersalah kepada kami.
Dan janganlah masukkan kami
ke dalam pencobaan,
tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.

Doa Tobat

Allah yang maharahim, aku menyesal atas dosa-dosaku. Aku sungguh patut Engkau hukum, terutama karena aku telah tidak setia kepada Engkau yang maha pengasih dan mahabaik bagiku.
Aku benci akan segala dosaku, dan berjanji dengan pertolongan rahmat-Mu hendak memperbaiki hidupku da tidak akan berbuat dosa lagi. Allah yang maha-murah, ampunilah aku, orang berdosa. (Amin.)

Mulai doa :

NOVENA TIGA SALAM MARIA

Bunda Maria, Perawan yang berkuasa, bagimu tidak ada sesuatu yang tak mungkin, karena kuasa yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepadamu. Dengan sangat aku mohon pertolonganmu dalam kesulitanku ini, janganlah hendaknya engkau meninggalkan aku, sebab aku yakin engkau pasti dapat menolong, meski dalam perkara yang sulit, yang sudah tidak ada harapannya, engkau tetap menjadi pengantara bagi Puteramu.

Baik keluhuran Tuhan, penghormatanku kepadamu maupun keselamatan jiwaku akan bertambah seandainya engkau sudi mengabulkan segala permohonanku ini. Karenanya, kalau permohonanku ini benar-benar sesuai dengan kehendak Puteramu, dengan sangat aku moho, o Bunda, sudilah meneruskan segala permohonanku ini ke hadirat Puteramu, yang pasti tak akan menolakmu.

Pengharapanku yang besar ini, berdasarkan atas kuasa yang tak terbatas yang dianugerahkan oleh Allah Bapa kepadamu. Dan untuk menghormati besarnya kuasamu itu, aku berdoa bersama dengan St.Mechtildis yang kau bertahukan tentang kebaikan doa "Tiga Salam Maria", yang sangat besar manfaatnya itu.

(Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu, terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Santa Maria, bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati. (Amin.)...3x)

di lanjutkan dengan permohonan ananda .............................

"Bunda Maria, Bunda yang baik dan murah hati, jauhkanlah (diriku, dia, kami) dari dosa berat"

--------------------------------------------------------------------------------------------

Perawan Suci yang disebut Tahta Kebijaksanaan, karena Sabda Allah tinggal padamu, engkau dianugerahi pengetahuan Ilahi yang tak terhingga oleh Puteramu, sebagai makhluk yang paling sempurna untuk dapat menerimanya.

Engkau tahu betapa besar kesulitan yang kuhadapin ini, betapa besar pengharapanku akan pertolonganmu. Dengan penuh kepercayaan akan tingginya kebijaksanaanmu, aku menyerahkan diri seutuhnya kepadamu, supaya engkau dapat mengatur dengan segala kesanggupan dan kebaikan budi, demi keluhuran Tuhan dan keselamatan jiwaku. Sudilah kiranya Bunda dapat menolong dengan segala cara yang paling tepat untuk terkabulnya permohonanku ini.

O Maria, Bunda Kebijaksanaan Ilahi, sudilah kiranya Bunda berkenan mengabulkan permohonanku yang mendesak ini. Aku memohon berdasarkan atas kebijaksanaanmu yang tiada bandingnya, yang dikaruniakan oleh Puteramu melalui Sabda Ilahi kepadamu.

Bersama dengan St. Antonius dari Padua dan St. Leonardus dari Porto Mauritio, yang rajin mewartakan tentang devosi "Tiga Salam Maria" aku berdoa untuk menghormati kebijaksanaanmu yang tiada taranya itu

(Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu, terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Santa Maria, bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati. (Amin.)....3x)

di lanjutkan dengan permohonan ananda .............................

"Bunda Maria, Bunda yang baik dan murah hati, jauhkanlah (diriku, dia, kami) dari dosa berat"

----------------------------------------------------------------------------------------------

O Bunda yang baik dan lembut hati, Bunda Kerahiman Sejati yang akhir-akhir ini disebut sebagai "Bunda yang penuh belas kasih", aku datang padamu, memohon dengan sangat, sudilah kiranya Bunda memperlihatkan belas kasihmu kepadaku. Makin besar kepapaanku, makin besar pula belas kasihmu kepadaku.

Aku tahu, bahwa aku tidak pantas mendapat karunia itu. Sebab seringkali aku menyedihkan hatimu dengan menghina Puteramu yang kudus itu. Betapapun besarnya kesalahanku, namun aku sangat menyesal telah melukai Hati Kudus Yesus dan hatikudusmu.

Engkau memperkenalkan diri sebagai "Bunda para pendosa yang bertobat" kepada St. Brigita, maka ampunilah kiranya segala kurang rasa terima kasihku padamu. Ingatlah akan keluhuran Puteramu saja serta kerahiman dan kebaikan hatimu yang terpancar dengan mengabulkan permohonanku ini melalui perantaraan Puteramu.

O Bunda, Perawan yang penuh kebaikan serta lembut dan manis, belum pernah ada orang yang datang padamu dan memohon pertolongamu engkau biarkan begitu saja. Atas kerahiman dan kebaikanmu, aku berharap dengan sangat, agar aku dianugerahi Roh Kudus. Dan demi keluhuranmu, bersama St. Alfonsus Ligouri, rasul kerahimanmu serta pengajar devosi "Tiga Salam Maria", aku berdoa untuk menghormati kerahimanmu dan kebaikanmu.

(Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu, terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Santa Maria, bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati. (Amin.).....3x)

di lanjutkan dengan permohonan ananda .............................

"Bunda Maria, Bunda yang baik dan murah hati, jauhkanlah (diriku, dia, kami) dari dosa berat"

-------------------------------------------------------------------------------------------

Catatan Tambahan

  • Jika permohonan anda mengenai perkara besar dan penting, hendaklah melakukan novena ini tiga kali berturut-turut dalam waktu yang sama
  • Lakukanlah selama 9 hari berturut.
  • Berjanjilah pada Bunda Maria:
    • Setiap pagi dan sore setia berdoa "Salam Maria"
    • Mengumumkannya kalau permohonan anda itu telah dikabulkan, sebagai tanda terima kasih dan penghormatan kepada Bunda Maria yang tersuci.
    • Sebaiknya dilakukan jam 5 pagi karena pada saat itu semua beban kehidupan masih terlelap , dan lebih khusuk di lakukan. Pagi hari adalah saat yang murni dan hening

Kemudian di tutup dengan doa ini

Terpujilah

Terpujilah nama Yesus, Maria, dan Yusuf, sekarang dan selama-lamanya. (Amin.)

Di tutup dengan Tanda Salib
Atas Nama Bapa, Putra Dan Rohkudus, Amin

Kamis, 28 Mei 2009

Pergulatan Iman Seorang aktivis perempuan menjadi Katholik

Renungan : Pergulatan Iman Seorang aktivis perempuan menjadi Katholik
20 Mei 2009 jam 12:12 | Sunting Catatan | Hapus
Intro :
Pendidikan Agama Jangan Menakut-nakuti

"Jadi bacaan-bacaan wirid itu, bacaan-bacaan doa novena dalam agama Katolik, dan bacaan-bacaan yang keluar dari dalam hati saya sendiri, saya pikir sama-sama didengarkan oleh Tuhan. Poin yang ingin saya sampaikan: kalau kita menjalankan nilai-nilai yang inti dan universal dalam suatu agama, kita tidak akan pernah bentrok dengan agama apapun."

Ada banyak faktor yang memengaruhi seseorang dalam memutuskan pilihan agama. Juga saat ia berkeputusan untuk beralih agama. Faktor itu bisa ditemukan dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar di mana ia tumbuh dan mendapat pendidikan keagamaan. Tidak kalah penting adalah faktor internal dalam di sanubari orang itu sendiri. Faktor internal dan eksternal kemudian menjelma sebuah keputusan. Dan saat keputusan keimanan dibuat, tentu ada pergulatan iman yang tidak ringan. Rabu (24/12/2008), Novriantoni Kahar dari Jaringan Islam Liberal (JIL) mengorek pergulatan iman Budhis Utami, seorang aktivis perempuan, pegiat LSM Kapal Perempuan, Jakarta. Berikut wawancaranya:

JIL: Sebagai unit sosial terkecil, keluarga berperan signifikan dalam perjalanan kehidupan keagamaan seseorang. Seperti apakah latar belakang keagamaan keluarga anda semasa kecil?

Saya berasal dari Jember, Jawa Timur. Teman-teman pasti tahu Jember itu basis keagamaannya apa. Keluarga saya dan seluruh orang di kampung adalah Islam dan NU (Nahdlatul Ulama). Keluarga saya juga Islam, meski secara politis kakek punya afiliasi dengan Partai Nasional Indonesia (PNI). Tapi bapak saya sangat NU meskipun masih memilih PDI waktu itu. Belakangan bapak memilih Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) karena faktor Gus Dur. Mati-hidup dia ikut Gus Dur. Ibu saya anggota Muslimat NU meskipun tidak terlalu aktif. Minimal ikut pengajian-pengajian. Kakek saya dari garis ibu berasal dari Madura. Beliau ini sangat displin mengajar saya mengaji.

Jadi saya cukup fasih membaca surat al-Fatihah, al-Ikhlash, al-Falaq, al-Nas dan lainnya. Kakek juga sangat disiplin memberi pendidikan agama. Jadi kalau kakek datang ke rumah saya di Jember, tiap subuh dia nggedor-nggedor pintu kamar supaya bangun salat, meski setelah bangun pura-pura ke kamar mandi, lalu masuk kamar dan tidur lagi. Poin yang ingin saya sampaikan adalah: latar belakang Islam dan NU itu sangat kental dalam keluarga saya.

JIL: Bagaimana pula dengan latar belakang keagamaan lingkungan sosial anda?

Saya melihat lingkungan tempat saya tinggal itu sangat kuat keislamannya. Tempat saya tinggal itu dekat hutan. Banyak orang berburu babi hutan. Nah, kalau ada orang yang berburu babi, akan dibilang orang Kristen. Karena babi hutan dalam Islam haram hukumnya. Dari situlah saya melihat bahwa sebenarnya lingkungan tempat saya tinggal itu memang sangat kuat keislamannya.

JIL: Bagaimana dengan internalisasi nilai-nilai agama semenjak anda kecil?

Waktu kecil, bapak-ibu saya bercerai. Jadi saya ikut keluarga paman yang memeluk Islam, meski bukan dari jenis Islam yang taat. Paman saya punya enam anak, tujuh dengan saya. Di situ saya belajar mengaji. Keluarga paman sendiri lebih menekankan bagaimana orang harus berbuat baik. Dari situ saya berpikir, apakah ini yang disebut dengan Islam abangan? Tapi kenapa anak-anaknya juga disuruh mengaji, termasuk saya?! Tapi paman memang orang yang disiplin. Dia kepingin anak-anaknya, termasuk saya, mendapatkan pendidikan yang ketat. Maka dia menyekolahkan kami di sekolah Katolik.

Tapi di antara kami bertujuh, hanya tiga orang—saya dan dua kakak sepupu saya—yang kemudian memilih untuk masuk Katolik. Jadi kalau dalam keluarga, sayalah yang pertama kali masuk Katolik. Itupun melalui sebuah proses panjang dan tidak segera disetujui oleh gereja Katolik. Sebab kalau mau masuk Katolik, harus mengikuti pendidikan agama yang panjang dulu. Saya harus jadi katekisasi (orang yang menerima pengajaran mengenai prinsip-prinsip agama Kristen sebagai persiapan menuju pembaptisan) dulu selama satu tahun. Saya mengikutinya sampai tiga kali. Dari dua sebelumnya, saya masih belum berhasil dibaptis. Sebab ada peraturan, untuk bisa dibaptis, anak-anak harus mendapat persetujuan orangtua.

Tentu saja paman dan orang tua saya tidak setuju. Tapi saya tidak mau konfrontasi dengan mereka. Saya memutuskan untuk konsentrasi belajar saja. Sebab waktu SMA nilai saya jelek, karena mesti juga belajar semua agama; belajar Hindu, Budha, Islam, dan Kristen. Saya benar-benar stres waktu SMA dulu mempelajari empat agama.

JIL: Dengan latar belakang keluarga dan lingkungan yang demikian kuat Islam dan NU-nya, bagaimana reaksi yang muncul ketika anda memutuskan pindah dari Islam dan memilih Katolik?

Reaksi yang keras pertama kali datang dari Ibu. Karena ibu saya ini memang betul-betul mendapat didikan dari kakek. Kakek saya rajin mengajar ngaji di mushalla. Waktu itu ibu bilang begini: “Kalau kamu masuk Kristen, saya tidak akan membiayai kamu!” Padahal setelah bapak-ibu bercerai, satu-satunya harapan saya untuk bisa sekolah adalah ibu. Akhirnya saya nurut saja. Sementara paman saya—yang saya sebut abangan itu—bilang begini: “Kamu jangan masuk Kristen, tetap saja di Islam. Orang itu tidak penting agamanya. Yang penting adalah perbuatan baiknya.” Itulah yang membuat saya bisa berkrompomi waktu itu. Dalam hati sendiri saya bilang, “Iya ya, saya masih SMP. Ya sudahlah saya fokus belajar aja. Gereja toh juga tidak akan membaptis saya kalau tidak ada persetujuan orang tua.”

Beberapa tahun kemudian saya naik SMA. Sewaktu SMA tekanannya masih sama. Respon gereja masih sama, karena keluarga saya masih belum memberikan persetujuan. Bapak saya masih diam saja, tidak berkomentar. Nah, ketika sudah berusia 23 tahun dan sudah satu tahun setengah ikut pelajaran agama Katolik, gereja tak kunjung mau membaptis saya gara-gara di dalam surat pernyataan itu tidak ada tanda tangan orang tua. Akhirnya saya balik marah ke gereja. Saya bilang begini: “Saya kan sudah berusia 23 tahun. Saya bisa mengambil keputusan sendiri dong! Tidak perlu persetujuan orang tua. Saya tidak mungkin memaksa ibu saya. Dan kalau gereja tidak mau membaptis saya, biar Yesus saja yang membaptis saya!” Saya bilang demikian ke gereja.

JIL: Bagaimana pula relasi anda dengan keluarga setelah pembaptisan itu? Apakah ada kekhawatiran muncul gap atau jarak pemisah antara anda dan keluarga?

Ya, ada kekhawatiran seperti itu. Waktu saya dibaptis, pada akhirnya saya merasa ada sesuatu yang jauh antara saya dan keluarga. Saya sudah mencecap banyak hal tentang Katolik, sementara orang tua saya adalah orangtua di kampung yang tidak tahu-menahu soal-soal demikian. Jadi saya merasa ada semacam gap atau jarak. Tapi saya sudah berjanji pada ibu waktu itu: saya pindah agama biar saya baik; baik pada orang tua, hormat dan berbakti kepada orangtua, baik pada sesama. Menghormati orang, siapapun dia, apapun latar belakang agamanya, kelasnya, dan seterusnya. Itulah yang saya pegang, dan itulah yang saya yakini sebagai sesuatu yang universal dari agama.

Jadi spirit itu yang saya ambil. Dan saya pikir spirit itu ada dalam semua agama. Saya punya teman Islam, teman-teman Budha, Hindu, dan sering berdialog dengan mereka. Ternyata mereka punya spirit yang sama. Karenanya, ketika saya masuk Kristen dengan segala perubahan-perubahan yang ada pada diri saya, ibu kemudian tidak marah dan bisa menerima saya. Meskipun kadang-kadang ibu saya—dengan logat Maduranya yang membuat saya ketawa—sering bilang: “Kamu itu kafir, pengikutnya Fir’aun!” Tapi saya tidak tersinggung. Saya justru ketawa aja sambil menimpali balik: “Ibu, di mana-mana orang Kristen itu pengikutnya Isa, bukan pengikutnya Fir’aun.” Jadi, saya bawakan secara rileks saja. Mau dibilang kafir, mau dibilang apapun, saya cuma ketawa. Yang penting saya berusaha menjadi pribadi yang baik. Saya berusaha bertanggung jawab, tidak merepotkan orangtua. Itu inti yang saya pegang. Kemudian di luar itu, orang mengatakan segala macam, saya tidak marah, tidak tersinggung.

JIL: Apakah anda cukup yakin bahwa pihak keluarga tidak menyayangkan keputusan yang anda pilih dan merelakan anda sepenuhnya?

Waktu itu, buat ibu dan bapak, relatif sudah tidak ada masalah. Terutama bapak. Dia punya guru, seorang kiai, namanya Kiai Mahmud (almarhum), yang bisa dibilang kiai besar untuk ukuran kampung saya. Kiai itu bilang ke bapak saya: “Pak Bun (nama bapak saya), biarkan aja anakmu mau masuk Kristen, mau masuk Islam, mau masuk apa, yang penting dia sungguh-sungguh meyakini agamanya dan menjalankannya!” Itu yang membukakan hati bapak saya untuk kemudian membiarkan saya berpindah agama dan tidak pernah mempersoalkan lagi.

JIL: Taruhlah urusan dalam keluarga beres. Tapi kadang-kadang lingkungan menjadi tekanan bagi keluarga dan juga anda sendiri. Mungkin mereka menyebut anda mengkhianati keluarga dan sebagainya. Bagaimana respon lingkungan sekitar?

Dalam konteks keagamaan yang saya pahami dan saya jalankan, saya sama sekali tidak merasa mengkhianati orangtua saya. Bahkan dalam banyak hal, saya selalu dijadikan contoh bagi anak-anak bapak saya dari istri keduanya. Karena di dalam keluarga, saya tidak pernah membawa embel-embel agama. Tapi perbuatanlah bagi saya yang lebih penting; bagaimana saya membantu orangtua dan adik-adik saya agar bisa sekolah. Dan saya memperjuangkan itu semua tanpa syarat. Misalnya mereka harus berbuat baik pada saya, harus ada imbalan dan lain-lain. Tidak. Ketika orang harus membantu, ya bantulah. Ketika orang harus berempati, ya berempatilah. Dan saya yakin semua agama pasti mengajarkan demikian. Karena itu, lingkungan saya tidak pernah melihat saya sebagai Budhis yang Kristen, sebagai Budhis anaknya si A atau si B.

JIL: Di samping memutuskan untuk pindah agama yang menuai pro dan kontra di lingkup keluarga sendiri, anda juga memutuskan untuk melaksanakan nikah beda agama. Bagaimana respon keluarga dan teman-teman anda saat itu?

Waktu saya mau menikah dengan suami saya yang Islam, paman datang dan bilang: “Mbok ya kamu kembali lagi ke Islam. Toh suamimu juga Islam!” Saya bilang: “Ketika saya beragama Kristen, apa paman melihat ada perubahan dalam diri saya?” Dia bilang, tidak. “Ya sudah, clear kan!” saya bilang begitu. Lantas suami saya bilang ke paman: “Saya bisa menerima dia apa adanya kok!” Saya sendiri waktu itu diledek dan ditakut-takuti sama teman-teman. Tapi di dalam hati saya bilang begini: “Lho kalau saya tidak boleh menikah dengan dia karena beda agama, padahal saya mencintainya dan ingin hidup bersamanya, terus gimana?” Apakah saya dipaksa untuk jatuh cinta dengan orang lain yang sama agamanya? Kan tidak bisa. Ini kan soal perasaan.

JIL: Bagaimana anda tetap bisa melangsungkan pernikahan beda agama tersebut? Bukankah undang-undang perkawinan kita tidak membenarkan pernikahan beda agama?

Ya, awalnya ada semacam dilema dengan hukum negara kita. Tapi bagi saya yang penting, dalam Katolik pernikahan beda agama diperbolehkan. Jadi ada dispensasi untuk menikah berbeda agama. Tapi memang harus menikah di dalam gereja Katolik. Tapi, waktu itu memang ribet sekali, karena saya tinggal di Yogyakarta, KTP saya Jakarta. Kemudian saya akan menikah di Jember, dan saya dibaptisnya di Jember. Jadi memang harus mengurus surat baptis, pendaftaran, dan segala macam. Secara organisasi, Katolik itu memang sangat ketat. Nah, karena urusannya cukup ribet, akhirnya saya memilih menikah secara Islam. Saya sendiri tetap Katolik. Dan keluarga maupun suami saya mendukung tidak perlu ada yang berpindah agama dan tidak perlu ada yang harus mengubah keyakinan. Jalanin aja masing-masing.

JIL: Dalam pernikahan beda agama, pasti banyak sekali perbedaan-perbedaan yang harus ditanggulangi. Bagaimana anda mengatasi perbedaan-perbedaan pada level konsep keagamaan, misalnya?

Ketika memilih suami, saya berprinsip suami harus punya perspektif yang sama dengan saya. Harus sama-sama punya perspektif pluralis, bisa menerima orang yang berbeda keyakinan untuk hidup bersama. Kalau saya tidak bertemu dengan laki-laki seperti itu, ya saya tidak mau. Karena bagi saya, tidak boleh ada pemaksaan dalam sebuah relasi perkawinan, termasuk pemaksaan untuk berubah keyakinan. Jadi bagi saya tidak bisa hanya berdasarkan cinta, perasaan menggebu-gebu dan berbunga-bunga saja. Tapi juga harus ditimbang-timbang cocok-tidaknya dalam hal perspektif, konsep, dan visi ke depannya. Sebab kalau tidak punya perspektif, konsep atau visi yang sama, apa bisa kita bertahan terus dalam relasi demikian?

Nah, alhamdulillah suami saya punya perspektif yang sama dengan saya. Maka kami relatif tidak mengalami hambatan di level konsep keagamaan. Kami berdua tidak melihat dengan serius perbedaan keyakinan kegamaan kami berdua. Makanya, ketika suami saya sakit dan saya harus berdoa dengan cara Islam, dengan senang hati saya melakukannya. Waktu itu ada yang kasih tahu ke saya, kalau mau suami saya sembuh, saya harus me-wirid-kan al-Fatihah 21 kali, al-Ikhlas 16 kali, al-Falaq 16 kali, dan al-Nas 16 kali. Meski wirid surat itu saya baca dalam bahasa Indonesia, tapi saya yakin Tuhan pasti tahu maksud seluruh bacaan wirid saya.

Di samping baca wirid, saya juga melakukan doa novena (doa pribadi atau doa bersama selama sembilan hari berturut-turut yang dipanjatkan guna mendapatkan suatu rahmat khusus). Jadi doa saya bisa dibilang doa yang “hybrid”. Sampai pada akhirnya ketika suami saya sudah dalam kondisi kritis, saya berdoa pakai cara sendiri: “Tuhan, suami saya sudah kritis, tunjukkan cara yang terbaik, pilihkan yang terbaik untuk dia!” Saya tidak pakai lagi surat-surat Alquran, tidak lagi pakai doa novena, betul-betul berdoa dengan cara saya sendiri. Dan doa saya terjawab dua jam kemudian; suami saya meninggal dengan tenang sekali dan saya mendampinginya.

Jadi bacaan-bacaan wirid itu, bacaan-bacaan doa novena dalam agama Katolik, dan bacaan-bacaan yang keluar dari dalam hati saya sendiri, saya pikir sama-sama didengarkan oleh Tuhan. Poin yang ingin saya sampaikan: kalau kita menjalankan nilai-nilai yang inti dan universal dalam suatu agama, kita tidak akan pernah bentrok dengan agama apapun. Termasuk dengan suami saya. Berantemnya ya persoalan pembagian pekerjaan dalam rumah tangga. Tidak pernah berantem masalah agama.

JIL: Kalau anda refleksikan ulang sekarang, faktor-faktor apa sebenarnya yang mempengaruhi anda untuk menganut agama tertentu dan tidak yang lainnya?

Sebenarnya saya sendiri juga bertanya-tanya, seberapa jauh pendidikan enam tahun yang saya jalani di institusi Katolik mengkonstruksi iman saya? Padahal saya tidak pernah mengikuti pelajaran agama dengan sungguh-sungguh. Jadi kalau ada pelajaran agama Katolik, yang bukan Katolik itu keluar. Artinya saya juga tidak dimasuki oleh agama itu. Lantas saya juga bertanya-tanya tentang faktor lingkungan. Lingkungan saya Islam. Saya diajari Islam. Tapi kok saya tidak tetap di Islam dan malah pindah ke Kristen?

Dulu ketika saya belum mengenal Islam dan ketika sudah mempelajarinya, saya berpikir kok Islam itu galak banget ya. Apa-apa ada hukumannya. Kalau mati nanti ada azab neraka jika kita tidak taat dalam beragama. Bayangan neraka itu luar biasa menakutkan bagi saya. Dan saya tidak menemukan itu di Katolik. Karena surga dan neraka itu jarang dibicarakan. Yang sering dibicarakan adalah bagaimana relasi kita dengan sesama dengan penuh kasih dan sebagainya. Saya lantas berpikir, kok enak ya agama ini?! Mungkin ini salah satu yang mendorong saya untuk memilih Katolik.

Tapi saya benar-benar bingung. Saya kelas 3 SMA waktu itu. Dengan kondisi penuh kebingungan itu, di dalam hati saya berdoa: “Tuhan, tolong tunjukkan yang terbaik pada saya. Saya kepingin hidup saya baik.” Waktu itu saya benar-benar sudah pasrah.

JIL: Apakah anda merasa itu adalah pilihan terbaik dari Tuhan dan kini anda merasa sebagai true believer di agama Katolik?

Sampai sekarang, saya sendiri tidak tahu. Saya juga tidak tahu kenapa saya tetap memilih itu. Mungkin ada hal-hal yang menyentuh hati saya di dalamnya, misalnya ajarannya yang menekankan kasih. Juga dalam beberapa hal, Katolik itu kini agak lebih terbuka. Misalnya pastor-pastor di gereja biasa mengucapkan assalamu’alaikum. Jadi tidak pernah ada larangan mengucapkan selamat hari raya. Itu yang membuat saya nyaman, bisa bersilaturahmi dengan banyak saudara-saudara saya, apapun agamanya. Tapi kadang saya juga ketemu dengan pastor yang fundamentalis. Tapi saya sudah punya filter sendiri, sehingga saya bisa memilah mana yang tidak cocok dan cocok untuk teman diskusi saya. Tapi dalam berelasi, kami tetap saling menghormati.

JIL: Sebagai aktivis pembela hak-hak perempuan, apa makna agama atau keberagamaan bagi diri anda sekarang?

Agama menurut saya adalah sebuah rambu-rambu bagi saya untuk menjalani hidup ini. Jadi sebuah rambu-rambu jalan saja, di mana saya bisa mengkritisinya. Makanya, secara kelembagaan, saya sering mengkritik agama Katolik. Bagaimana dia memposisikan perempuan, itu tetap saya kritisi sampai sekarang. Misalnya kenapa perempuan tidak bisa menjadi pemimpin atau imam. Saya tanya teman-teman pastor: “Sebenarnya ada tidak sih dasar Biblis-nya bahwa perempuan itu tidak boleh menjadi pastor, menjadi imam?” Mereka bilang tidak ada, dan itu hanya semacam tradisi. Artinya itu bisa diubah. Bagaimana mengubahnya dan kapan usaha itu akan berhasil, itulah yang menjadi persoalan. Nah, kalau sudah mikir-mikir begitu, Islam sebenarnya lebih terbuka terhadap perempuan. Akhirnya ada pikiran seperti itu.

Saya juga mempertanyakan sikap Katolik dalam soal pernikahan beda agama. Menurut Katolik hal itu boleh. Tapi pertanyaan kritis saya, kenapa anak-anaknya harus berjanji untuk tetap setia memeluk Katolik? Makanya secara kelembagaan saya tidak ngotot; pokoknya tradisi ini atau itu harus diperjuangkan. Tidak. Nah, tentang pertanyaan anda sebelumnya, apakah saya ini Katolik beneran atau—istilah anda true believer—tidak sih? Ya terserah saya mau disebut Katolik apa. Terserah orang mau menilai saya seperti apa. Bagi saya yang penting adalah apa yang saya yakini, yang saya imani, yang saya jalankan. Soal apakah saya sudah berbuat yang baik atau tidak, bukan orang yang menilainya. Tuhan yang menilainya. Persoalan saya akan masuk ke neraka atau surga, itu juga bukan urusan saya. Tidak penting saya mau diletakkan di mana, yang penting saya diberi rambu-rambu-Nya agar saya masuk dalam rambu-rambu Tuhan. Sebab, acuan saya adalah teladan Yesus.
Sumber : http://islamlib.com/id/artikel/pendidikan-agama-jangan-menakut-nakuti/

Minggu, 24 Mei 2009

"Menikahlah denganku, sebelum aku meninggalkanmu sendiri sayang .."(kisah nyata)

Pernahkah kamu merasakan kekuatan cinta? Cinta yang luar biasa dan sempurna adalah cinta kasih Allah kepada kita. Cerita di bawah ini adalah salah satu contoh kuatnya cinta sepasang kekasih. Semoga cerita nyata ini bisa menginspirasi kita .

sebelah kanan Nick sebelah kiri Katie


Wanita di gambar atas adalah Katie Kirkpatrick, dia berumur 21 thn. Sebelah kirinya, adalah tunangannya, Nick, 23. Gambar itu diambil tidak lama sebelum pernikahan mereka, yang dilaksanakan tanggal 11 Januari 2005 di US. Katie menderita kanker stadium akhir dan menghabiskan beberapa jam setiap harinya untuk terapi. Terlihat Nick sedang menunggu Katie sampai selesai, ini adalah salah satu dari sekian banyak sesi kemoterapi Katie.

Katie sangat bahagia, walaupun keadaanya kritis tetapi dia sangat bersemangat untuk menikah dengan Nick kekasihnya.


Dalam kesulitannya dalam menahan rasa sakit, kegagalan organ, dan morphin , Katie tetap mau melaksanakan acara pernikahannya dan memperhatikan setiap detail. Gaun pengantin perlu diperkecil beberapa kali karena Katie terus menerus kehilangan berat badannya.


Nick dan Katie sangat bahagia.


Pernikahan dengan aksesoris yang tidak biasa dengan selang oksigen, Katie memakainya baik dalam upacara dan resepsi pernikahannya. Pasangan yang lain di gambar atas adalah Orang Tua Nick. Ikut Bersuka Cita melihat anak laki2nya menikahi sang pujaan hati, teman smunya.

Katie tersenyum bahagia.


Katie, di kursi rodanya dengan selang oksigen, mendengarkan sebuah lagu dari suaminya dan teman2nya.

Nick dengan setia menunggu katie ketika kemoterapi


Dalam resepsi, Katie perlu beberapa kali istirahat. Rasa sakitnya membuat ia tidak bisa berdiri lama2.

Matius 19:6, "Karena itu apa yang telah dipersatukan oleh Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia."


Katie meninggal 5 hari kemudian setelah pernikahannya. Melihat seorang wanita yang sakit kritis dan lemah melakukan pernikahan dan dengan sebuah senyuman di wajahnya membuat kita berpikir….. Kebahagiaan bisa dicapai, tidak perduli bisa bertahan berapa lama. Kita seharusnya tidak membuat hidup kita menjadi rumit. Mulailah Menghargai dan menerima pasangan apa adanya itu adalah kuncinya.